Jumat, 23 Maret 2012

RamaSinta


Pagi murung tak bercahaya
Telaga bening jadi lautan darah
Burung dara menghentikan tawanya
Bagai wanita tua di hadapan kematian

Itulah hidupku
Dalam cengkraman dasamuka
Aku mengharap kau
Datang melepas letihku, Rama

Di hadapanmu kini aku berdiri
bagai makhluk paling nista
di jagad ini
“Masuklah kau ke dalam kobaran api itu,Sinta
dan murnikanlah semesta” ujarmu

Katamu kemudian
“hidup tidaklah semulus yang kau khayalkan
dia membutuhkan pembuktian”

aku terlalu mencintaimu
dan kobaran api pun
tak sanggup membendung
kekecewaanku padamu, Rama...

[Penghujung Kisah, 2011]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar